Abdul Zahir; Ketika Sejarawan Diam, Masa Depan Bangsa Jadi Suram
Ketika kita berbicara tentang sejarah, sering kali generasi milenial memandangnya hanya sebagai kumpulan tanggal, nama tokoh, dan kejadian lampau yang sulit dikaitkan dengan kehidupan hari ini. Padahal, sejarah bukan hanya soal masa lalu, melainkan cermin yang memantulkan arah masa depan.
Kami teringat sebuah kalimat tajam dari Prof. Ahmad Mansur Suryanegara, sejarawan muslim terkemuka dan penulis buku legendaris Api Sejarah. Dalam pembukaan bukunya, beliau menulis:
“Bila sejarawan mulai membisu, hilanglah kebesaran masa depan generasi bangsa.”
Kalimat ini menohok. Dan faktanya, hari ini kondisi itu nyata di depan mata kita.
Sebagai guru, kami pernah menanyakan kepada beberapa siswa SMA: "Pada zaman kekuasaan mana Muhammad Al-Fatih hidup dan berhasil membebaskan Konstantinopel?" Sebagian dari mereka hanya saling pandang, bingung, dan tak bisa menjawab. Bahkan ada yang mengira Muhammad Al-Fatih adalah tokoh dalam kisah fiktif. Ironisnya, mereka adalah pelajar dari sekolah Islam.
Mereka tahu bahwa Muhammad Al-Fatih adalah penakluk Konstantinopel. Tapi mereka tidak tahu lebih dari itu—tidak tahu latar belakang perjuangannya, konteks zamannya, apalagi makna besar dari pembebasan kota yang dijanjikan Rasulullah ﷺ itu. Ini adalah gambaran nyata dari krisis pemahaman sejarah di kalangan generasi muda kita hari ini.
Kenapa Sejarah Itu Penting?
Pertanyaannya: Mengapa sejarah begitu penting? Dan, mengapa diamnya sejarawan bisa membuat generasi kehilangan arah?
Jawabannya sederhana: sejarah itu tergantung siapa yang menceritakannya. Siapa yang menyampaikan, bagaimana menyampaikannya, dan apa pesan yang ditegaskan di dalamnya.
Jika sejarah disampaikan oleh orang yang salah, atau dengan narasi yang menyimpang, maka lahirlah pemahaman sejarah yang keliru. Bahkan bisa menjauhkan generasi dari jati dirinya.
Sejarah bukan sekadar hafalan. Ia adalah jati diri, arah, dan pemantik semangat. Dan di sinilah peran besar para sejarawan muslim: mereka tidak hanya menceritakan peristiwa, tapi juga menyampaikan substansi dan makna di balik peristiwa tersebut.
Sejarah Islam: Akar yang Harus Dikenal
Sebagai umat Islam, kita wajib memahami sejarah Islam. Bukan hanya mengenal tokohnya, tetapi memahami nilai dan perjuangan yang mereka wariskan. Karena kalau salah memahami sejarah Islam, bisa jadi kita salah memahami Islam itu sendiri.
Inilah salah satu alasan mengapa sebagian generasi muslim hari ini kehilangan rasa bangga terhadap agamanya sendiri. Karena mereka tak mengenal akar perjuangan umat ini. Mereka tak tahu bahwa Islam pernah memimpin dunia, pernah menjadi mercusuar ilmu dan peradaban, dan bahwa kebangkitan Islam di masa depan bergantung pada pemuda-pemudanya hari ini.
Bukan Soal Menyalahkan
Apakah semua ini salah generasi muda? Tidak juga. Bisa jadi karena para sejarawan kita belum bicara lebih keras, atau cara penyampaian sejarah masih terasa membosankan. Bisa juga karena anak-anak muda kita belum tergerak hatinya untuk belajar sejarah secara serius.
Namun, bukan saatnya saling menyalahkan. Yang terpenting adalah membangkitkan kembali kesadaran: bahwa sejarah adalah bahan bakar kebangkitan. Bahwa Islam pernah besar, dan akan besar kembali, dan generasi muda adalah kunci kebesaran itu.
Ayo, Mulai Dari Diri Sendiri
Mari kita mulai dari diri sendiri. Bacalah kembali sejarah Islam dengan hati terbuka. Dengarkan kisah para tokoh bukan hanya sebagai cerita masa lalu, tapi sebagai sumber inspirasi. Kita tak akan pernah bisa mencintai Islam dengan utuh jika kita tak mengenal sejarah perjuangannya.
Dan bagi para guru, ustadz, dan sejarawan: mari jangan diam. Suarakan sejarah dengan cara yang membangkitkan semangat, bukan sekadar menyampaikan fakta.
Karena bila sejarawan terus membisu, maka generasi ini akan terus kehilangan arah. Dan itu adalah kerugian besar bagi umat, bangsa dan agama.
Oleh: Abdul Zahir
